karakter wayang golek

Sobat Panglipur – Dalam pakeliran wayang tentu saja
kita akan menemukan beberapa hal yang seolah baku dan tidak pernah berubah dari
jaman ke jaman. Meskipun banyak yang berubah dari sisi dan bentuk serta ukuran,
pasti ada beberapa hal yang tidak pernah berubah. Seperti yang biasa
diungkapkan oleh dalang khususnya dalang wayang golek “ Wayang nu ngandung perlambang, dipipindingan ku siloka jeung sasmita
tempat urang ngaguar lalakon hirup di dunya
“ yang artinya wayang itu
merupakan sesuatu budaya yang mengandung lambang ( melambangkan sesuatu ) serta
ditutupi oleh hal yang tidak bisa terbuka jika kita tidak berusaha untuk
mengetahuinya, sebagai bekal hidup diduna.

Ya seperti
itu memang kenyataannya, sebagai bentuk dari budaya yang memiliki simbol dan
kaya akan filosofi, maka wayang terdiri beberapa bagian yang harus kita
ketahui. Kesenian wayang merupakan gabungan dari beberapa kesenian yang lain.
Kita ketahui didalamnya ada beberapa jenis kesenian yang tergabung dalam kesenian
wayang seperti gending karawitan, tarian, kawih atau nyanyian, serta seni peran.

Wayang
golek yang merupakan sebentuk boneka kayu yang dimainkan oleh seorang dalang.
Dari sekian banyak wayang yang tersedia terdiri dari beberapa kelompok, bentuk
dan warna. Pada kesempatan ini kita akan bahas mengenai karakter wayang golek
beradasarkan bentuk, warna, dan kelompoknya.

Warna wayang
golek terutama pada bagian wajah, melambangkan karakter yang dimiliki oleh
tokoh tersebut, misalnya tokoh Semar akan berbeda dengan Rahwana.
Berdasarkan
kelompoknya wayang dibagi menjadi beberapa bagian yang membedakan atau biasa
disebut raut golek.

Berdasarkan
rautnya wayang golek dibagi menjadi beberapa kelompok, dan sangat Nampak secara
visual yaitu :

karakter wayang golek

  • Satria
    lungguh biasanya tergambar dengan kepala tertunduk, wajah berwarna putih,
    berhidung kecil, tidak berkumis, mata sipit, bentuk mulut biasa.
  • Satria
    landak tungkul tergambar dengan kepala tertunduk, wajah berwarna gading,
    bermata sipit, berhidung kecil dan berkumis, bentuk mulut biasa.
  • Satria landak
    tanggah tergambar dengan kepala dangah ( pandangan lurus kedepan ) wajah
    berwana kayas ( pink ) bermata sipit, berhidung bangir, berkumis, bentuk mulut
    biasa.
  • Ponggawa
    alit biasanya tergambar dengan bentuk kepala tertunduk, wajak berwarna ros
    muda, bermata biasa, berhidung bangir, berkumis, bentuk mulut biasa.
  • Ponggawa
    sembada biasanya tergambar dengan bentuk kepala tertunduk, wajah berwarna ros,
    bermata biasa, berhidung bangir, berkumis, bentuk mulut biasa tapi agak besar.
  • Ponggawa
    Ageung biasanya tergambar dengan bentuk kepala dangah, wajah berwarna merah,
    bermata biasa, berhidung bangir, berkumis bentuk mulut biasa atau besar.
  • Ponggawa
    Badag biasanya tergambar dengan bentuk kepala tanggah ( pandangan mendongak
    keatas ), wajah berwarna merah ati, berkumis, berhidung bangir, bermata biasa,
    bermulut besar atau bertaring.

  • Buta Biasa
    biasanya tergambar dengan bentuk kepala dangah, wajah berwarna merah, mata
    melotot, bentuk hidung bervariasi ( panjang, medang, gendul ), berkumis, bentuk
    mulut bervariasi ( Guseng, sihungan, ranggeteng )
  • Buta garang
    tergambar dengan bentuk kepala dangah, wajah berwarna merah tua, mata melotot,
    bentuk hidung bervariasi ( panjang, medang, gendul ), berkumis, bentuk mulut bervariasi
    ( Guseng, sihungan, ranggeteng ).

  • Panakawan Semar
    biasanya tergambar dengan bentuk kepala dangah, wajah berwarna putih, bermata
    biasa, berhidung gendul, tidak berkumis bentuk mulut cameuh mésem.

  • Panakwan
    Cepot biasanya tergambar dengan bentuk kepala dangah, wajah berwarna merah,
    bermata biasa, berhidung gendul, berkumis bentuk mulut cameuh mésem.

  • Panakwan Dawala
    biasanya tergambar dengan bentuk kepala dangah, wajah berwarna merah, bermata
    Juling, berhidung  panjang, berkumis
    bentuk mulut cadok.

  • Panakwan
    Gareng biasanya tergambar dengan bentuk kepala dangah, wajah berwarna merah,
    bermata biasa, berhidung gendul, berkumis bentuk mulut guséng mésem.

Mungkin seperti
itu ringkasannya, jika ada yang mau menambahkan atau memberikan kritik atau
saran silahkan, saya akan dengan senang hati menerimanya. Demi berkebangnya kebudayaan yang kita miliki tak ada salahnya jika kita saling mengisi dan saling melengkapi.

Sekian dulu
yang bisa saya sampaikan pada kesempatan kali ini, semoga bisa bermanfaat dan
sampai jumpa dilain kesempatan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *